Kamis, 13 Mei 2010
Selasa, 11 Mei 2010
Ilusi mata
Bukan animasi.....
Air keatas/kebawah?
Mundur agak jauh......
ADAKADABRA!!!!!
atas/bawah?
KUNCINYA ,NGGA ADA SUDUTNYA!!!!!!!!!
Old/young????
Anak tangganya gimana???
Sekilas nampak seperti kuda,tapi sebenarnya ini adalah gunung..............
Tampak kotak A dan B berwarna berbeda, tetapi dua kotak itu warnanya sama.....
Gambar ini bisa jadi muka orang atau sebuah kota.....
Bisa melihat kuda di gamar ini?
Ini bukan animasi!!!!
Panjangan garis A atau garis B?
Percaya ngga, kalo gambar di atas ternyata panjangnya sama!
Ternyata garis ini lurus...........
Berapa jumlah kakinya?
Tinggi semua orang-orang ini sama!?
Ada gambar muka orang!!!!???
Bergelombang????
bediri atau datar????????
Garisnya melengkung??????????
Padahal lurus!!!!!!!!!!!!!!!!
Orang mapan ......atau miskin...??????
Besar kiri atau kanan
Menjauhlah 15 meter.......
TAAADDDAAA!!!!!!!!
SHORINJI KEMPO
Indonesia Shorinji Kempo Federation.
SEJARAH
Shorinji Kempo dan Doktrin
sumber:www.perkemi.or.id
Kempo, olahraga beladiri sejati yang kurang promosi, adalah sebuah kalimat dalam judul tulisan olahraga salah satu media cetak nasional ( Kompas, Rabu, 19 Januari 2005 ) sangat menggelitik untuk dikaji, karena memang masih banyak masyarakat indonesia yang kurang paham terhadap beladiri kempo. Ketidakpopuleran kempo tidak terlepas dari filosofi yang dianutnya, sebagai ilmu beladiri semata yang sarat dengan welas asih. Namun ketidakpopuleran tersebut tidak berarti kempo sulit dipahami.
Kasih sayang tanpa kekuatan adalah kelemahan, kekuatan tanpa kasih sayang adalah kezaliman. Begitulah bunyi doktrin shorinji kempo, sebuah doktrin yang menjadi ruh sekaligus inti ajaran bagi para kenshi yang mendalami seni beladiri shorinji kempo. Seni beladiri yang bercorak defensif, dilarang menyerang sebelum diserang.
Kendati jurus-jurusnya bisa mematikan lawan, shorinji kempo selalu menekankan, perangilah dirimu sebelum memerangi orang lain. Kempo adalah keseimbangan antara kekuatan dan moral. Jika tidak seimbang, hanya kekuatan saja kenshi akan jadi preman, tetapi jika hanya moral saja akan menjadi suatu kelemahan. Oleh karena itu belajar kempo harus memadukan keduanya untuk dikuasai. Secara teknis, gerakan kempo sarat dengan filosofi beladiri yang harus dipahami dengan cermat dan hal ini akan sangat membantu memudahkan mempelajarinya.
Shorinji Kempo dilandasi prinsip BUDO, yaitu secara harfiah menghentikan pertarungan, dalam arti sebenarnya adalah sebuah seni beladiri dimaksudkan bukan untuk berkelahi, berperang atau membunuh manusia, tetapi dimaksudkan untuk menghentikan konflik antar manusia dan membentuk sebuah budaya damai, dalam hal ini Budo memerankan peran moral yang lebih baik dalam masyarakat dan bukan sebagai alat pemusnah. Dalam hal ini tujuan berlatih kempo merupakan modal dasar pembangunan moral dalam lingkungan.
01 Falsafah Shorinji Kempo
Karena seni bela diri kempo waktu itu menjadi sebagian dari latihan bagi para calon Bikshu, dengan sendirinya ilmu itu harus mempunyai dasar falsafah yang kuat. Dengan dilandasi agama Budha, yaitu membunuh dan menyakiti, maka semua KENSHI (pemain Kempo) dilarang menyerang terlebih dahulu sebelum diserang. Hal ini menjadi doktrin Kempo, bahwa "perangilah dirimu sendiri sebelum memerangi orang lain". Berdasarkan doktrin ini mempengaruhi pula susunan beladiri ini, sehingga gerakan teknik selalu dimulai dengan mengelak/menangkis serangan dahulu, baru kemudian membalas. Selanjutnya disesuaikan menurut kebutuhan yakni menurut keadaan serangan lawan.
Dharma selalu mengajarkan bahwa disamping dilarang menyerang juga tidak selalu setiap serangan dibalas dengan kekerasan. Sehingga dalam ilmu Kempo itu lahirlah apa yang berbentuk mengelak saja. Cukup menekukkan bagian-bagian badan lawan, kemudian mengunci dan bila terpaksa barulah dilakukan penghancuran titik-titik lemah lawan, berupa tendangan, sikutan, pukulan dan sebagainya. Bentuk yang pertama dikenal sebagai JUHO dan yang berikutnya sebagai GOHO.
Setiap kenshi diharuskan menguasai teknik GOHO (keras) dan JUHO (lunak), artinya tidak dibenarkan apabila hanya mementingkan pukulan dan tendangan saja dengan melupakan bantingan dan lipatan-lipatan.
`
02 Sejarah PERKEMI (Persaudaraan Bela Diri Kempo Indonesia)
Sejak akhir tahun 1959, pemerintah Jepang menerima mahasiwa dan pemuda Indonesia untuk belajar dan latihan sebagai salah satu bentuk pembayaran pampasan perang. Sejak itu secara bergelombang dari tahun ke tahun sampai tahun 1965, ratusan mahasiswa dan pemuda Indonesia mendapat kesempatan belajar di Jepang. Tidak sedikit di antara mereka itu memanfaatkan waktu senggang dan liburannya untuk belajar serta memperdalam seni beladiri seperti Karate, Judo, Ju Jit Su dan juga Kempo.
Sepulangnya di tanah air, mereka bukan saja menggondol ijazah sesuai dengan bidang studinya tetapi juga memperoleh tambahan berupa penguasaan seni bela diri seperti tersebut di atas. Pada tahun 1964, dalam suatu acara kesenian yang dipertunjukkan mahasiswa Indonesia untuk menyambut tamu-tamu dari tanah airnya, seorang pemuda yang bernama UTIN SAHRAS mendemonstrasikan kebolehannya bermain Kempo. Ia datang di Jepang pada tahun 1960 dan tinggal di Tokyo sebagai Trainee Pampasan.
Apa yang didemonstrasikannya itu menarik minat pemuda dan mahasiswa Indonesia lainnya, diantaranya Indra Kartasasmita dan Ginanjar Kartasasmita serta beberapa orang lainnya. Mereka lalu datang ke pusat Shorinji Kempo di kota Tadotsu untuk menimba langsung seni bela diri itu dari Sihangnya.
Untuk meneruskan warisan seni bela diri itu seperti apa yang mereka peroleh di Jepang, ketiga pemuda itu, yaitu Utin Sahras (almarhum), Indra Kartasasmita dan Ginanjar Kartasasmita, bertekad melahirkan dan membentuk suatu wadah yang bernama PERKEMI (Persaudaraan Bela Diri Kempo Indonesia), dan resmi dibentuk pada tanggal 2 Februari 1966. Kini PERKEMI telah melahirkan ribuan kenshi yang tersebar diseluruh Indonesia.
Selain itu merupakan salah satu organisasi induk yang bernaung di bawah KONI Pusat, PERKEMI juga menjadi anggota penuh dari Federasi Kempo se-Dunia atau WOSKO (World Shorinji Kempo Organization), yang berpusat di kuil Shorinji Kempo di kota Tadotsu, Jepang.
Sejak tahun 1966 sampai tahun 1976, PB. PERKEMI mengadakan pemilihan pengurus setiap dua tahun sekali. Tapi sejak tahun 1976 sampai sekarang masa bakti pengurus berlangsung selama empat tahun.
Sejak didirikannya pada tanggal 2 Februari 1996, PB. PERKEMI telah banyak melakukan kegiatan yang sifatnya lokal, nasional dan internasional. Tahun 1970 telah diselenggarakan Kejauraan Nasional Kempo yang pertama di Jakarta, dan sampai sekarang masih terus berlanjut. Begitu juga dengan Kejuaraan antar Perguruan Tinggi, dimana diadakan pertama kalinya pada tahun 1971 yang sampai sekarang berjalan terus setiap dua tahun sekali.
Selain itu sejak PON IX / 1977 di Jakarta, Kempo termasuk salah satu cabang olahraga yang dipertandingkan.
Ginandjar Kartasamita
Pengangkatanya menjadi Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Ketua Bappenas menjadi pembicaraan luas. "Itu pertanda perubahan tradisi," begitu anggapan banyak pengamat ketika itu.
Seperti kita tahu, markas pengendali perencanaan pembangunan yang terletak di Jl. Taman Suropati No. 2, Jakarta Pusat itu selama ini memang selalu dipimpin oleh ekonom-teknokrat senior dengan gelar "Prof. Dr.", dan yang dekat dengan Prof. Widjojo Nitisastro, cikal-bakalnya Bappenas. Dan Ginandjar bukanlah ekonom. Tidak pula dikenal dekat dengan Prof. Widjojo. Ia adalah insinyur teknik kimia dan doktorandus administrasi negara yang masuk dinas militer dan kini berpangkat Marsekal Madya Udara (1994).
Dan bukan baru kali itu Ginanjar "menggeser" profesor. Ketika menjadi Menteri Pertambangan dan Energi, yang digantikannya adalah Prof. Dr. Subroto.
Ginandjar lahir dari lingkungan keluarga politisi. Ayahnya, Husein Kartasasmita, sehari-hari pegawai Kementerian Pertahanan Keamanan, adalah aktivis PNI (Partai Nasional Indonesia) yang sempat menjadi anggota Parlemen hasil Pemilu 1955. Ibunya juga aktif di partai tersebut. Tapi, remaja Ginandjar, setelah tamat SMA Canisius College pada 1959, ketika negeri ini sedang menghadapi banyak kemelut politik sampai tahun-tahun berikutnya, malah memilih untuk melanjutkan pendidikan di bidang yang tak berkaitan langsung dengan politik: Teknik Kimia ITB. Bahkan setahun kemudian, ia malah menjauh dari semua gejolak yang terjadi waktu itu, paling tidak secara fisik: ia mendapat beasiswa untuk belajar di Tokyo University for Agricultural and Technology, Jepang. "Sebenarnya juga ada tawaran belajar ke Eropa, tapi saya memilih ke Jepang," katanya.
Di Jepang, Ginanjar tak cuma belajar Ilmu Kimia, tapi juga ilmu bela diri kempo, dan semangat bushido. Setelah mendapat gelar insinyur, ia kembali ke tanah air dan memulai karier dengan menjadi tentara. Dengan pangkat pertama Letnan Satu, Ginandjar bertugas di Direktorat Penelitian dan Pengembangan TNI Aangkat Udara, tahun 1965-1967. Pada tahun 1968, ketika sudah berpangkat Kapten, ia dipindahkan ke Sekretariat Negara dan menjabat Kepala Bagian Penelitian Biro Analisa dan Perundang-undangan. Tiga tahun kemudian, dipindahkan ke bagian Evaluasi Biro Kerja Sama Teknik Luar Negeri, selama setahun. Setelah itu posisi barunya adalah Kepala Bagian Antar Negara di biro yang sama, sampai 1976.
Sejak itulah tampaknya karier Ginandjar makin cerah. Pada tahun 1976 ia, yang sejak 1970 mulai belajar di Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi di Lembaga Administrasi Negara (LAN), mendapat promosi menjadi Asisten Sekretaris Negara untuk Urusan Administrasi Pemerintahan. Dua tahun di pos ini, berdasarkan Keppres 88/1978, dikukuhkan sebagai Asisten Menteri/Sekretaris Negara Urusan Administrasi Pemerintahan dan Administrasi Pemerintahan Non-Departemen.
Di tahun 1980, studinya di LAN selesai. Sejak itu pula, ketika pemerintah membentuk Tim Pengendali Pengadaan Barang/Peralatan Pemerintah, ia ditunjuk menjadi salah satu anggotanya. Tiga tahun kemudian jabatannya di tim itu naik menjadi Wakil Ketua. Ketuanya adalah Mensesneg sendiri, ketika itu Sudharmono. Tugas-tugas inilah yang kemudian mengantarkannya ke kursi anggota kabinet pada tahun 1983. Pertama, ia dipercaya menjadi Menteri Urusan Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam Negeri. Kemudian menjadi Menteri Pertambangan dan Energi, dan kini Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Ketua Bappenas. Ia juga pernah diberi tugas merangkap jabatan Ketua Badan Koordinasi Penanaman Modal.
Ada yang bilang, Ginandjar termasuk pejabat yang dianggap berkomitmen untuk membesarkan pengusaha pribumi. Memang, ada banyak pengusaha pribumi yang relatif lebih berkembang sejak adanya Tim Pengendali Pengadaan Barang/Peralatan Pemerintah dan lembaga Menteri Negara Urusan Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam Negeri tersebut. Ia tak segan mamasukkan pengusaha nasional (pribumi) ke dalam proyek-proyek yang dikerjakan atau dibiayai pihak asing.
Ginanjar dikenal suka mengakui dengan terus-terang kalau tidak tahu mengenai sesuatu hal. Ketika pertama kali menghadiri sidang OPEC dua pekan setelah diangkat menjadi Mentamben, ia tak segan meminta didampingi menteri yang digantikannya, Prof. Subroto. Ketika baru diangkat jadi Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Ka Bappenas, yang dilakukannya pertama kali adalah menemui bekas ketua Badan tersebut, Prof. Dr. Widjojo Nitisastro dan Prof. Dr. Saleh Afiff, untuk belajar.
Ginandjar juga dikenal sebagai pejabat yang tangkas berbicara dan pandai melobi. Ketika dalam suatu kali sidang OPEC para menteri anggotanya tak mencapai sepakat, ia mengajak mereka makan masakan Cina. Pada waktu menjadi Ketua Panitia Kerja GBHN MPR RI 1993 lalu, ia juga mengajak para anggota panitia tersebut berbuka puasa bersama di rumahnya untuk mencairkan suasana yang alot di ruang sidang.
Baru dua bulan menjadi Ketua Bappenas, Ginandjar membuat pengumuman yang mengundang reaksi para birokrat di daerah, yakni peta desa miskin. Pengumunan itu sempat diprotes sebagian gubernur dan bupati yang keberatan daerahnya dianggap daerah miskin. Tapi beberapa bulan kemudian, dibantu asistennya, Prof. Mubyarto, ia berhasil menggolkan Inpres Desa Tertinggal, yang memberikan bantuan Rp 20 juta setahun kepada setiap desa tertinggal itu. Maka reaksi para birokrat tersebut berbalik.
Di bidang kemiliteran, pada tahun 1992 Ginandjar mendapat penghargaan bintang Swa Bhuana Paksa Nararya, atas pengabdiannya di TNI AU selama 24 tahun tanpa cacat. Hadiah serupa kembali ia terima pada upacara peringatan HUT ke-50 TNI AU beberapa waktu lalu.
Menikah dengan Yultin Harlotina, Ginandjar dikaruniai 4 orang anak. Seorang di antaranya, Gita, sudah berkeluarga. Menteri yang selalu tampak segar ini memang gemar berolah raga untuk menjaga kondisi tubuhnya. Ketika menjadi Menteri Pertambangan dan Energi, kalau ada di Jakarta, stafnya selalu hafal bahwa setiap hari Sabtu ia menghabiskan akhir pekannya di sekitar perairan Kepulauan Seribu untuk diving. Selain menyelam, Ginandjar juga menyukai golf. Ada cara lain, katanya, untuk menjaga kesegarannya, yaitu "falsafah tombol listrik." Artinya, dihidupkan untuk mencurahkan seluruh daya dan pikiran jika sedang menyelesaikan pekerjaan, dan dimatikan untuk dialihkan ke yang lain setelah selesai. Maksudnya, pada saat istirahat ia mengaku tak lagi memikirkan pekerjaan sama sekali.
(Sumber bahan: TEMPO, Matra, Kompas)